Pengaruh Metode Kooperatif Group Investigation (GI) Dan Penguasaan Struktur Kalimat Terhadap Keterampilan Menulis Argumentasi
PENGARUH METODE KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) DAN PENGUASAAN STRUKTUR KALIMAT TERHADAP
KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI
(Eksperimen di SMA Negeri Kabupaten Sragen)
Penulis: Sri Sutarni, M.Pd
Menulis sebagai aspek keterampilan berbahasa yang semestinya dikuasai oleh siswa, pada kenyataannya belum tercapai hasilnya secara maksimal. Beberapa gejala yang mendukung ketidakberhasilan tersebut adalah siswa: (1) merasa sulit menemukan ide apa yang ingin ditulis, (2) lambandalam menyusun kalimat, (3) tidak sistematisnya gagasan yang diungkapkan dalam tulisan yang mereka susun, (4) paragraf yang dikembangkan belum menunjukkan kepaduan yang baik, (5) paragraf yang digunakan cenderung terlalu panjang dalam menggabungkan beberapa gagasan utama, (6) sistematika karangan yang belum lengkap dan seimbang antara pendahuluan, isi, dan penutup, serta (7) kesalahan tata bahasa dalam kalimat.
Belum maksimalnya pencapaian hasil menulis ini disebabkan oleh tingkat kesulitannya memang lebih tinggi dibandingketerampilan berbahasa yang
lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro (2001:270) bahwa aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi berbahasa yang paling akhir dikuasai seseorang (pembelajar) setelah keterampilan
mendengarkan, berbicara, dan membaca.
Alwasilah(2008:208) menjelaskan bahwa sampai saat ini, khususnya dalam 20 tahun terakhir, pendidikan di Indonesia (dari SD hingga PT) belum berhasil mengajarkan keterampilan menulis. Hal ini didukung oleh hasil survai terhadap 16 responden etnografis (mahasiswa S1, S2, dan S3 di kampus Bloomington-Indiana, AS), bahwa: 75% menilai pendidikan nasional Indonesia tidak membekali siswa dengan keterampilan menulis, 68% menilai pendidikan nasional Indonesia tidak mengajari mereka kemampuan berpikir kritis, dan 75% menilai kegiatan menulis merupakan tugas akademik paling sulit bagi siswa.
Semua fakta di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis merupakan aspek keterampilan berbahasa yang paling sulit.
Iatidak muncul dengan sendirinya sebagai bakat alami, tetapi merupakan keterampilana yang harus dibentuk melalui pelatihan atau pembiasaan.
Pada umumnya, guru memulai mengajarkan menulis dengan menyampaikan teori menulis, teknik menulis, dan langkah-langkah menulis. Setelahsiswa dianggap mampu menguasai teori menulis, barulah guru memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menulis. Padahal sebenarnya teori dapat diajarkan secara induktif, yakni siswa menemukan sendiri teori itu
pada saat proses pembelajaran menulis berlangsung.
Lebih ideal lagi jika guru yang mengajarkan keterampilan menulis juga termasuk seorang penulis. Guru yang sekaligus sebagai seorang penulis akan mempunyai empati terhadap siswa dan menghargai profesionalisme penulis karena ia sendiri merasakan bagaimana sulitnya menjadi seorang penulis (Alwasilah, 2008:43). Kepedulian yang tinggi ini akan berpengaruh positif pada siswa karena semua karya siswa akan mendapat penilaian dan perbaikan sebagai umpan balik
terhadap karyanya.
Pembelajaran menulis (termasuk menulis argumentasi) yang baik adalah jika pembelajaran tersebut disampaikanmenggunakan metode pembelajaran yang tepat, sehingga akanmerangsang siswa untuk berpikir kreatifdalam bentuk kerja sama. Metode kooperatif group investigation (GI) menjadi pilihan yang tepat untuk
diterapkan karena metode itu banyak memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode STAD dan Jigsaw (Sugiyanto,2010:46).
Metode GImelibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik tulisanmaupun cara mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut siswa agar mempunyai kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills).
Faktor lain yang juga sangat menentukan keberhasilan siswa dalam menulis (termasuk menulis argumentasi) adalah penguasaan struktur kalimat. Penulis yang memiliki penguasaan struktur kalimat yang baikcenderung akan menuangkan ide dan gagasannya dengan kalimat yang tersusun secara enar, teratur, dan runtutsehingga akan mudah dipahami pembaca. Sebaliknya, penguasaan yang rendah terhadap struktur kalimat akan berakibat pada ketidakjelasan gagasan yang disampaikan. Hal ini akan mengganggu pemahaman pembaca.
Bertolak dari paparan di atas, dapat diduga bahwa metode kooperatif group investigation (GI), maupun penguasaan struktur kalimat memiliki pengaruh yang kuat terhadap keberhasilan siswa dalam mencapai keterampilan menulis argumentasi. Pandangan ini tentunya masih perlu dideteksi kebenaran empirisnya melalui suatu bentuk kegiatan penelitian. Oleh karena itu, penelitian eksperimen ini perlu dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara penerapan metode kooperatif group investigation (GI) dan penguasaan struktur kalimat terhadap keterampilan menulis argumentasi siswa.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh metode group investigation (GI) dan penguasaan struktur kalimat terhadap keterampilan menulis argumentasi siswa. Sementara itu, secara khusus, penelitian ini dilakukan untuk membuktikan: (1) ada tidaknya perbedaan keterampilan menulis argumentasi antara siswa yang diajarmenggunakan motode group investigation (GI) dan siswa yang diajarmenggunakan metode konvensional, (2) ada tidaknya perbedaan keterampilan menulis argumentasi
antara siswa yang memiliki penguasaan struktur kalimat tinggi dan siswa yang memiliki penguasaan struktur kalimat rendah; dan (3) ada tidaknya interaksi antara penggunaan metode pembelajaran group investigation (GI) dan penguasaan struktur kalimat
dalam mempengaruhi keterampilan menulis argumentasi siswa.
Dalam teks laporan penelitian ilmiah, pembicaraan tentang penelitian yang relevan perlu dikemukakan. Hal ini dimaksudkan agar pembaca dapat mengetahui pada posisi mana telaah penelitian yang sedang dilakukan dibahas secara ilmiah. Apakah kajian tersebut merupakan penelitian baru ataukah merupakanlanjutan dari penelitian yang sudah ada. Jika dibanding dengan beberapa penelitian sebelumnya, penelitian yang sedang dikaji akan tampak berada pada konstelasi masalah-masalah yang saling terkait di dalamnya.Selain itu, pemaparan beberapa hasil penelitian yang terkait dengan keterampilan menulis merupakan bukti empiris bahwa permasalahan tersebut masih layak diteliti. Beberapa penelitian relevan yang terkait dengan penelitian ini diuraikan sebagai berikut.
Pertama, penelitian yang berkait dengan keterampilan menulis argumentasi adalah penelitian dari Sadeghi dan Farzizadeh (2012:136-142)
yang mengatakan bahwa multiple intelligences (kecerdasan majemuk) berhubungan secara signifikan dengan keterampilan menulis argumentasidaripembelajar bahasa Inggris (English as Foreign Language). Partisipan (responden) dalam penelitian Sadeghi dan Farzizadeh ini dikhususkan wanita di Universitas Urmia, Iran, dengan sampel sebesar 47 partisipan, dengan rentang usia 18-25, cukup memberikan kontribusi pada kerangka intact group research design.
Mereka berdua mengasumsikan awal (berhipotesis) bahwa terdapat hubungan signifikan antara keterampilan menulis agumentasi dan kecerdasan majemuk.
Kedua, Nilsen (2009) dari Norwegia meneliti tentang peningkatan kemampuan menulis mahasiswa melalui motivasi. Penelitian ini menyatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam menulis sangat terkait dengan motivasi mahasiswa, dosen, dan kepercayaan diri mahasiswa dalam pembelajaran. Motivasi mahasiswa untuk belajar dan memperoleh ilmu akan berpengaruh terhadap penyelesaian tugas. Kesadaran mahasiswa akan arti penting memiliki kemampuan menulis, juga akan berpengaruh pada kemampuan berpikir kritis.
Ketiga, penelitian Ranjit Singh dan Rajalingam (2012:42-52) yang bertujuan untuk menentukan seberapa influence tingkat keterampilan menulissiswa prakuliah dibidik dari self-efficicacy beliefs (keyakinan efikasi mandiri/ kontrol diri yang kuat---percaya diri tingkat tinggi) dan proficiency menulis mereka.Beberapa faktor self-efficacytampak berbeda hasilnya dengan menulis tingkatapprehension.Pada akhirnya dapat dikatakan bahwa tingkat apprehensiondan proficiencymenulis mengindikasikan adanya pengaruh terhadaphasil keterampilan menulis yang dicapai. Tingkatapprehensionyang tinggi menujukkan unjuk kerja (performansi) responden yang lebih baik.Hal ini menunjukkan bahwa secara sempurna hipotesis yang diajukan di awal penelitian Ranjit Singh dan Rajalingam terjawab secara berarti (signifikan) dan saling memberi pengaruh antar variabel
yang diukur mereka.Temuan Ranjit Singh dan Rajalingam ini selaras dengan penelitian tesis ini yang menegaskan bahwa variabel bebas yang ditentukan dapat dibuktikan pengaruhnya melalui variabel yang dieksperimenkan maupun yang bertindak sebagai atribut yaitu penguasan struktur kalimat.
Keempat, penelitian Henderson dan Barr (2010:245-264)mengungkapkan hasil penelitian berkait dengan keterampilan menulis argumentasi yang sama dengan penelitian tesis ini.Henderson dan Barr menyajikan hasil telaah cepat pada penggunaan kata ganti orang pertama (dalam bahasa Inggris), keadjektivan tertentu (dalam bahasa Inggris), dan merunut kelas adverbia (dalam bahasa Inggris), dengan korpus 51 mahasiswa psikologi berkebangsaan Prancis dengan
menulisargumentasi (dalam bahasa Inggris) sebagai bahasa kedua para responden tersebut. Hasil menunjukkan bahwa perbedaan hubungan antara sebuah korpus artikel ilmiah psikologi (yang ditulis mahasiswa psikologi berkebangsaan Prancis dalam bahasa Inggris umum) yang diterbitkan dan subkorpus dari karya tulis
mereka dengan keterampilan menulis argumentasi yang mengacu pada korpus British Academic Written English (BAWE) adalah signifikan. Sedikit strategi yang digunakan untuk mengevaluasi beberapa kata (bahasa Inggris) yang digunakan responden
berkebangsaan Prancis dilakukan bagi siswa yang diberi tugas menulis karya ilmiah yang tidak diterbitkan ternyata memiliki perbedaan hasil dengan ketika tulisan karya ilmiah mereka disyaratkan untuk diterbitkan. Dengan kata lain, terdapat temuan indikasi dari penelitian survai korelasional Henderson dan Barr ini bahwa hasil lebih baik ditunjukkan dengan karya ilmiah siswa yang dicanangkan untuk diterbitkan daripada sekadar diberi tugas menulis karya ilmiah. Walaupun demikian, mereka berdua menyatakan bahwa variabel bahasa ibu responden (bahasa Prancis) dan tingkat pengalaman menuturkan bahasa Inggris tidak dapat
menjelaskan semua variansi yang diobservasi (sebagai H0).
Kelima, ppenelitian berkait dengan keterampilan menulis argumentasi lainnya dikemukakan oleh Bouchamman, Ruel,
dan Basque (2012: 1384-1389).Hasil penelitian mereka bertiga tersebut
menyatakan bahwa kajian mereka atas siswadi Kanada yang dibidik dari sudut pandang penggunaan khazanah kelinguistikan dalam performansi keterampilan menulis
karya ilmiahdibuktikan terdapat hubungan yang signifikan.
Siswa yang berbicara dengan bahasa ibu menghabiskan paling
sedikit waktu untuk menulis karya ilmiah dibandingkan dengan siswa multibahasa dan siswa ber-anglophone yang menghabiskan paling banyak waktu untuk menulis karya ilmiah mereka. Terdapat pula sebagian kecil siswa yang menghabiskan sebagian besar waktudi
luar jambelajar mereka di kelas dan mengalihkan tugas menulis karya ilmiah merekadi rumah, bahkan sebagian mereka ini justru bersemangat mengerjakan karya ilmiah yang ditugaskan kepada mereka.
Keenam, penelitian yang menelaah keterampilan menulis argumentasi siswa juga diungkapkan oleh Patchan, Schunn, dan Clark, (2011: 365-393).
Penelitian mereka bertiga tersebut menyatakanbahwa siswa yang terlebih dulu membuat konsep atau kerangka tulisan dan melakukan peer-review menghasilkan tulisan yang lebih baik daripada mereka yang tidak membuat konsep. Dalam temuan tersebut, didapat pula umpan balik dari para siswa dan memberikan cukup banyak tanggapan, terutama ketika mereka menjelaskan bahwa konsep yang telah mereka susun lebih meleluasakan mereka untuk menulis.
Pengaruh Metode Kooperatif Group Investigation (GI) Dan Penguasaan Struktur Kalimat Terhadap Keterampilan Menulis Argumentasi
Reviewed by Fakhrudin Sujarwo
on
22.23
Rating:
Tidak ada komentar: