Mengefektifkan
Smartphone Android Sebagai Sarana
Siswa Menjawab Tantangan Jaman | Siswa SMAN 1 Sambungmacan Sragen untuk bisa
saling berpacu dalam hal prestasi. Di jaman teknologi yang sedang berkembang,
ada istilah “dunia dalam genggaman”. Karena itu untuk menjawab tantangan jaman
bagaimana dengan mengefektifkan Hp
sebagai alat komonikasi bisa menjadi
modal untuk berkreasi, bernilai bisnis dan mewartakan berita disekitar kita.
Menurut
Ibu Eny Rahayu pembina majalah dinding dan extrakurikuler yang sekaligus sebagai ketua panitia
penyelenggaraan acara ini, beliau menjelaskan seberapa perlunya pendidikan
jurnalistik dan pendidikan film bagi siswa. Dengan adanya siswa suka membaca
dan suka menulis maka akan mempunyai wawasan yang luas dan mampu membuat
kreasi-kreasi yang positif. Yang kemudian akan menjadikan nilai tambah berupa
pengalaman(pendidikan) atau keuntungan (bisnis).
Majalah
dinding adalah sarana mengeksplorasi potensi, dan acara pelatihan film dan
jurnalistik ini diharapkan agar siswa bisa menghadapi tantangan perkembangan
zaman sekarang, untuk bagaimana anak siswa bisa mengungkapkan perasaan yang
benar, mengaplikasikannya dalam
aktifitas dan kreatifitas yang positif, seperti berkreasi membuat film
dokumenter, isinya bisa sejarah, wisata, olah raga, pendidikan/tutorial, dan
lain-lain.
Kemudian
kreativitas yang lain, yaitu bisa kreatif mencari, mengambil, mengolah dan
menyajikan berita tentang peristiwa atau kejadian sehari-hari, untuk memenuhi
kebutuhan khalayak atau yang disebut jurnalistik
Ibu
Eny berharap siswanya bisa belajar dari awal sampai akhir hingga bisa menyusun
berita sendiri, sesuai apa yang didapat dari lingkungan sekitarnya. Dan mampu
menghasilkan sebuah karya seperti cerpen, puisi, dan bisa merangkum sebuah
kisah nyata menjadi film dokumenter.
Menurut
Bapal Sudiyatmoko, seorang wartawan senior Sragen dari media cetak Wawasan yang
sekaligus ketua Kompres Sragen, mengatakan bahwa media pers di zaman dulu
sangat dibatasi ruang geraknya. Tapi untuk zaman sekarang wartawan sangat bebas
mengekspos berita, asal bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Kemudian
dalam kebebasan pers (UU Pers memakai istilah kemerdekaan), dalam masyarakat
sipil yang demokratis adalah sebuah keharusan.
Sebab,
masyarakat yang demokratis itu sangat menjunjung tinggi hak asasi manusia
(HAM). Melalui HAM pers mampu menyalurkan hak-hak sipil, baik hak berekspresi
maupun hak menyampaikan pendapat secara lisan dan tertulis.
Indonesia
merupakan salah satu negara penganut paham pers liberal. Liberalisasi pers itu
dapat kita temukan dalam Undang-undang No 40/ 1999 tentang Pers. Disitu perlindungan
terhadap jurnalis disebutkan.
Bapak
Moko menjelaskan juga tentang dampak dari media cetak adalah sangat luar biasa,
dimana informasi langsung dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Dampak dari media
atau jurnalis ini bahkan banyak sekali tokoh dunia yang jatuh karena tulisan
seorang jurnalis. “Maka tak heran bila seorang Napoleon Bonaparte, seorang
tokoh / Panglima perang dari Kerajaan Perancis pernah berkata, ia lebih takut
menghadapi seorang wartawan, daripada
menghadapi 100 pasukan dengan senjata terhunus” ungkap pak Moko.
Disesi
pembuatan film Mbak Ulull Albab Tiara salah satu nara sumber dari
doubleU.Cinema juga memberi penjelasan tentang bagaimana cara membuat film
fiksi maupun dokumentasi yang mudah dan sederharna, dengan cara mengolah suatu
cerita maupun fakta, dimulai dari kejadian disekitar kita. Sehingga siswa
tersebut bisa menyajikan cerita maupun membuat film dengan baik. Rata rata
siswa mengalami kebingungan dalam membikin film, dikarenakan bagi mereka adalah
dunia baru, dan tidak tahu akan mau memulai dari mana. Dengan adanya pelatihan
film dan jurnalistik ini sangat membantu siswa untuk berkarya didunia perfilman
dan jurnalistik yang mampu menciptakan
karya-karya baru.
Kemudian
sesi berikutnya diisi oleh Ambyar, jurnalis dari Lintas Solo yang juga aktif di
media elektronik. Mas Ambyar menyampaikan bahwa ciri seorang jurnalis adalah
tidak boleh “pelupa” maka untuk menyiasati harus mempunyai catatan. Seorang
jurnalis juga harus tangguh, yaitu ketangguhan hal informasi, ketangguhan
relasi dan ketangguhan fisik. Disisi lain ada juga sisi lebih dan kurang dari
seorang wartawan, wartawan media cetak masih bisa sedikit telat dalam
penayangan, namun kalau media elektronik kalau telat sebentar saja akan bisa
kehilangan moment atau yang diistilahkan “viral”.
Kemudian
mas Ambyar juga menyampaikan tentang perbedaan sarana liputan, seperti alat
Kamera foto dengan video, dimana kamera foto sekali pencet bisa 9 kali, ini
bisa mudah melakukan editing, sedangkan video kalau tidak hati-hati maka akan
kesulitan dalam proses editnya. Durasi dibatasi, dalam dua menit eskalasinya
800/1000karakter. Untuk dapat disajikan kepada khalayak sesuai kebutuhannya
maka perlu diedit.
Kemudian
sebagaimana pesan kepala sekolah SMA Negeri 1 Sambungmacan Bapak Sarengat, M.M
tentang bagaimana caranya agar siswa bisa berkreasi dengan memanfaatkan smartphone untuk berkarya, beliau juga
sangat mendukung adanya ekstrakurikuler film dan majalah dinding untuk
pengembangan diri siswa yang
optimal. Dengan bekal smartphone android, siswa bisa memanfaatkan
waktu menjadi sarana untuk menghasilkan pendapatan. Mas Ambyar memberi teknik
sederhana cara menggunakan smartphone
Android, misal obyeknya pensil, diambil
beberapa bagian gambar, kemudian diedit dengan aplikasi video Pad, baru
kemudian kita ajukan rilis.
Didasari
info dari Net.TV yang memberi ruang
seluas-luasnya pada masyarakat untuk menerima kiriman atau kontribusi dari masyarakat,
lihat pada running text “upload video
menarik disekitar anda”. Disitu siswa mendapat peluang untuk bisa melakukan
kreasi dan bila diterima atau ditayangkan maka ada honor yang didapat, berkisar
300 ribu. Ini nilai yang menarik buat siswa untuk nilai tambah saku atau biaya
sekolah.
Disela
sesi acara, Fahrul seorang siswa yang ikut dalam pelatihan tersebut bertanya,
“dalam menulis disurat kabar, apakah diperbolehkan mengkritik secara tajam?”
pertanyaan ini dijawab oleh Bapak Moko, bahwa boleh saja kita mengkritisi
seseorang, misalkan seorang tokoh, tapi yang penting itu adalah fakta. Karena
seorang wartawan tugasnya adalah mewartakan kebenaran, walau kebenaran itu
pahit. “ada istilah bahwa “comment is
free but facts are sacred”. “Opini itu bebas dan fakta itu suci”. Bapak
Moko menambahkan bahwa jurnalis harus punya daya sensitifitas tinggi, artinya
apakah fakta yang terjadi dilapangan itu sebuah rekayasa, atau hal yang benar
asli tanpa rekayasa?. Karena sajian kita ini akan dikonsumsi oleh khalayak
umum, dan masyarakat sekarang itu pintar, tidak mudah dibodohi oleh adanya
berita yang tak masuk akal.
Dan kesimpulan dari
pelatihan jurnalistik ini baik Pak Moko dan Mas Ambyar ,Mbak Ulul Albab Tiara
1. Jurnalis harus mewartakan
berita apa adanya (valid), tidak boleh beropini.
2. Jurnalis tidak boleh
menyuguhkan berita untuk memperbesar masalah tapi kita
boleh mengekpsos berita benar yang
ditutup-tutupi.
3. Jurnalis walaupun diberi
perlindungan hukum, bukan berarti bebas mengekspos
apa saja, missal
extreme atau porno.
4. Jurnalis disegani tapi
bukan ditakuti, maka jadilah pewarta kebenaran.
5. Rumusan
meliput adalah 5 W 1 H + S. Kegiatan pelatihan dilanjutkan dengan praktek
menulis scenario, narasi, pengisian danger, pengambilan gambar, serta editing.
Menurut Deny Prasetyo selaku ketua pelaksana, walaupun even berlangsung cuma tiga hari tapi mampu menambah pengetahuan dan
keterampilan siswa.
Pelatihan Film dan Jurnalistik SMA NEGERI 1 Sambungmacan Kabupaten Sragen untuk Bekal Siswa Mandiri
Reviewed by Fakhrudin Sujarwo
on
05.47
Rating:
Tidak ada komentar: